Legenda Limparan ngen Dayang Turik Part 2

Legenda Limparan ngen Dayang Turik Part 1.flv.Kab.Musi Banyuasin,Sanggar...

Desain Banner Festival Randik

kuyung manaf part 2.flv

kuyung manaf part 1.flv

Puyang Ramedan



SAMBUTAN

Dalam acara Festival Randik VIII Tahun 2010, Sanggar Teater Putri Cindai mempersembahkan sebuah legenda yang berjudul “ PUYANG RAMEDAN “ yang ditampilkan pada saat pembukaan acara tersebut yakni hari Selasa Tanggal 6 Juli 2010.
Puyang Ramedan adalah sebuah kisah hiroik dari Dusun Ulak Paceh yang terus dikenang dan di kenal masyarakat sebagai asal usul nama Dusun tersebut.
Tujuan ditampilkannya Drama tersebut yakni untuk mengenalkan kepada generasi penerus tentang kisah tersebut dan sebagai wujud untuk melestarikan kebudayaan asli Kabupaten Musi Banyuasin.
Adapun alasan di tampilkannya cerita legenda Puyang Ramedan karena cerita ini menarik dan patut untuk di kenang karena kebaikannya membantu negeri Palembang untuk menghadapi pertarungan sabung burung puyuh dan adu panco. Dan saya berharap pada penampilan selanjutnya makin banyak lagi cerita-cerita asli Kabupaten Musi Banyuasin ditampilkan di depan khalayak ramai yang tidak hanya berfunsi sebagai tontonan,tetapi juga sebagai perwujudan menghormati para leluhur yang telah mengharumkan nama Daerah nya.
Cerita ini sumbernya di ambil dari buku berjudul Puyang Ramedan oleh A.RIFAI ADENAN.

SINOPSIS
Ulak paceh tanah betuah
Dusun pusako puyang Ramedan
Baimpun serantau lawang wetan
Pembela setia negeri palembang

Konon lebih 200 tahun yang lalu bermukim dan berkebun seorang kakek tua yang bernama Puyang Ramedan.Siang itu ia menunggu perahu ”Kayu Agung ” yang lewat untuk meminta rokok pucuk beberapa unting,setelah beberapa lama akhirnya perahu tersebut lewat,segeralah Puyang Ramedan Meminta Rokok tersebut yang akan di gantinya dengan sayuran yang ada di kebunnya,tapi ternyata pedagang tersebut tak menerima pemberian Puyang Ramedan,dengan kecewa akhirnya kakek tua itu pergi .
Pada saat malam perahu ”Kayu Agung” tersebut di tariknya kedaratan yang bekas tarikan tersebut menjadi anak sungai ”sunangos”.setelah kejadian itu pedagang yang bernama Rohiman dan Rohimin meminta maaf dan mengangkatnya menjadi ”Ayah angkat”.
Di negeri Palembang datang Pasukan dari negeri seberang yang berniat akan mengadakan adu tanding kelak siapa yang kalah akan menjadi jajahan negeri tersebut.Raja negeri palembang akhirnya mengeluarkan pengumuman agar orang-orang sakti berkumpul ke negeri Palembang untuk melawan pertaruhan tersebut.
Rohiman dan Rohimin pun mendengar pengumuman tersebut dan segera menghadap Raja dan memberitahukan bahwa ayah angkatnya yang bernama ” Puyang Ramedan ” adalah orang yang sakti tiada tandingan,setelah itu mereka bergegas ke dusun ulak sunangos beserta perdana menteri untuk mengajak Puyang ke palembang.
Setelah di bujuk akhirnya Puyang Ramedan mau pergi dan akan melawan Pertarungan adu burung Puyuh dan adu Panco.Dengan segenap kesaktian iapun dapat mengalahkan pertarungan tersebut.setelah itu iapun pulang ke dusunnnya ulak sunangos,peristiwa itu terdengar luas sampai kemana-mana,dan akhirnya dusun tersebut di ganti dengan dusun Ulak Paceh yang di ambil dari kata pance/panco.
KOMENTAR PARA PEMAIN

Heri yanto ( Puyang Ramedan )
Ternyata menjadi sosok Puyang Ramedan itu tidak gampang, perlu banyak latihan, latihan, dan latihan. Meskipun awalnya Saya kurang percaya diri untuk memeran kan sosok Puyang Ramedan, tapi dengan berlatih dan ditambah motivasi dari pelatih kami yang tidak pernah menyerah dalam mengajari dan mendidik kami sehinnga Saya percaya diri. terima kasih buat Kak wandi dan Kak Udit, berkat kalian lah penampilan kami sukses.

Leo Harto ( Raja palembang )
Ini pengalaman sayamendepat peran sebagai Raja. Seorang itu tegas, bijaksana dan peduli terhadap rakyatnya...Saya senang sekali bisa ikut dalam pementasan Pyang Ramedan ini karena saya bisa ditonton oleh khalayak ramai apalagi ditonton oleh Bupati H. Pahri Azhari,dan pejabat-pejabat di Kabupaten MUBA.

Ariansyah ( perampok & pedagang )
Dengan mengikuti pementasan Puyang Ramedan ini yang tadi saya tidak tahu dengan legenda desa Ulah Paceh, dengan pementasan ini saya bisa tahu asal – usul Desa tersebut. Saya juga agak kesusahan dalam peran yang memakai bahasa Palembang. Namun saya tetap serius dan terus latihan. Semua itu demi Kabupaten MUBA yang saya cintai. Dan saya ucapkan banyak terima kasih buat Ibu Lucianti Pahri selaku pembina sanggar putri Cindai.

Firdaus ( pendekar Palembang )
Pendekar Palembang yang berani berkorban demi Kerajaan,,,bagi saya walau peran ini dilihat mudah namun untuk mengexpresikannya agak sulit juga...tapi apapun peran yang saya terima saya siap untuk mengexpresikannya. Terima kasih buat kak Wandi dan kak Udit.

Yuli Okta Sari ( Permaisuri Raja )
Awalnya Saya begitu sulit untuk membawakan peran permaisuri,,,sifatnya yang lembut,tutur kata nya yang halus,serta gerak geriknya yang bukan Saya banget. Tapi dengan latihan dan bimbingan dari kak Wandi dan Kak Udit, saya pun bisa memerankannya.

Fitriani ( Perdana Menteri )
Susah juga memerankan perdana menteri ini, karena saya seorang cewek harus berakting sebagai cowok...mmm...tapi saya selalu siap untuk berperan. Thanx buat Kak Wandi, Kak Udit dan semua yang telah mendukung penampilan kami.

Muhammad Ba’i ( Pengawal )
Saya sangat bangga dengan penampilan saya kali ini,ternyata kami bisa kompak dan penuh rasa kebersamaan yang begitu erat baik di tempat latihan maupun di luar latihan. Dan ini penampilan saya pertama kali yang ditonton oleh warga MUBA. Tetap semangat dan terus maju teater ku...

Ropal Torez ( perampok & pendekar negeri seberang )
Peran saya sebagai perampok sangat kejam karena melukai masyarakat, tapi itu hanya lah peran. Saya selalu siap walau berperan walau peran itu beda jauh dari sifat asli saya.

Mukti Syahputra ( Setan Merah & algojo )
Setan Merah begitu kejam, sadis, tak berprikemanusiaan. Peran setan merah ini menjadi tantangan saya sendiri. Tapi dengan latihan yang giat dan sungguh-sungguh serta dilatih dan diberi kepercayaan oleh Kak Wandi dan Kak Udit, saya pun bisa memerankan setan merah tersebut. Thans buat kakak pelatih ku.

Alma’ Arif (pedagang)
Pedagang zaman dahulu sangat susah karena harus berdangan dengan cara berlayar atau menelusuri daerah-daerah dan sering mendapat rintangan. Saya sedikit mengalami kesulitan dalam berperan karena saya harus menganggi logat bahasa saya dengan bahasa asli Palembang. Tapi akhirnya saya bisa juga,,, thans buat pelatih dan kawan-kawan ku semua.

Udit ( Sutradara )
Maju terus teaterku,....

Kak iman ( Musik )
Menyatukan drama dan musik dan adalah jiwaku,..tak ada hambatan,moga terus menjadi partner yang erat antara teater dan musik

Wandi ( Penulis Naskah & Astrada )

Pengalaman telah menempaku,..tapi kepuasan setelah menyelesikan tugas merupakan spirit baru untuk melakukan yang lebih baik lagi,..

DKM(Dewan Kesenian Kab.Musi Banyuasin) telah di Lantik

    Guna meningkatkan Kualitas, aktivitas serta kreatifitas kesenian di Kabupaten Musi Banyuasin, Bupati Musi Banyuasin H. Pahri Azhari melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Musi Banyuasin Ir. Muchamad Hanafi, MM Pagi tadi Kamis (30/12/10) tepatnyan di Gedung Darma Wanita  telah mengukuhkan Pengurus Dewan Kesenian Kabupaten Musi Banyuasin dan Pengurus Dewan Kesenian Kecamatan Se-Kabupaten Musi Banyuasin Masa Bhakti 2010-2014

  Setelah dikukuhkannya, Saat ini Pengurus Dewan Kesenian Kabupaten Musi Banyuasin berjumlah 50 orang, sedangkan Pengurus Dewan Kesenian Kecamatan berjumlah 110 orang yang setiap Kecamatan terdiri dari 10 orang pengurus belum termasuk Kecamatan Pemekaran.
  Dengan dikukuhkannya Dewan Kesenian diharapkan dapat membantu tugas Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin dalam meningkatkan aktivitas seni, kualitas seni dan budaya masyarakat serta peningkatan pengembangan dan pembinaan kreativitas seniman, ungkap Sekda Kab. Muba Ir. Muchamad Hanafi, MM.
Ia juga menambahkan dibentuknya Dewan Kesenian Ini merupakan salah satu wujud realisasi komitmen Pemereintah kabupaten Muba untuk selalu menggali,  melestarikan dan memberikan apresiasi terhadap kelestarian dan pengembangan seni budaya daerah  Kabupaten Musi Banyuasin yang merupakan salah satu aset berharga Daerah.
  M.Nasir S.Pd selaku Ketua Harian DKM,mengharapkan dukungan dari seluruh para seniman Musi Banyuasin untuk Memajukan Lagi Kesenian Daerah.

  Sementara itu Pengurus Dewan Kesenian Provinsi Sumatera Selatan Drs. Supriadi, M. Pd  dalam sambutanya mengatakan bahwa Kesenian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap kegiatan. Dengan demikian untuk memajukan kesenian di Kabupaten Musi Banyuasin,
  Pengurus Dewan Kesenian Kab. Muba paling tidak harus mempunyai 3 (tiga) mitra yang sangat menunjang pelaksanaan kegiatan kesenian di Kab. Muba, diantaranya Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata yang merupakan mitra yang mempunyai program-program yang akan dilaksanakan Pengurus Dewan Kesenian, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang merupakan wadah Sumber Daya Manusia,
  serta Sanggar-sanggar Kesenian yang perlu dirangkul dan diadakannya pembinaan guna peningkatan kualitas dan aktivitas kesenian di Kab. Muba seperti tari tradisional, lagu daerah dan senjang

Foto Bersama Sanggar Teater Putri Cindai sebelum tampil di festival Randik 2010

membawakan sebuah legenda daerah yang berjudul"Puyang Ramedan"

Foto Bersama Setelah tampil Di Kec.Lais

Membawakan Sebuah cerita Daerah yang berjudul"limparan ngen Dayang Turik" didampingi oleh Pak M.Nasir S.Pd Kabid.seni dan Budaya DISPOPAR Kab.MUBA

Bakul Tangkal Kab.Musi Banyuasin

seni Kerajinan Rakyat

Team Kesenian Kab.Musi Banyuasin Sanggar Putri Cindai,Festival Budaya Nusantara,1-4september di Jembrana BALI







Sinopsis Per-Adegan
Penulis Naskah : Suwandi S.H
Sumber :
• Buku sejarah Marga Sanga Desa oleh M.Oedji Anang
• Bapak Ardiman Dusun Ngulak
Sutradara:Udit Ariyadi
astrada:Wandi Jeger





”Limparan ngen Dayang Turik”
(SEJARAH MARGA SANGA DESA)


Dipertengahan abad ke XVIII tersebutlah sebuah kelompok penduduk mendiami suatu daerah bernama ” Kinyau ” dengan ibu dusunnya bernama ” Rengas Gemuruh ” yang di pimpin oleh seorang yang bernama Syamsuddin ( Uding ) dengan gelar ”Dipati”.

Dipati syamsuddin berwatak keras ,garang dan bengis memimpin dusun Rengas Gemuruh bersama dengan seorang adik perempuannya yang sangat di manjainya bernama ”Dayang Turik” yang juga tidak kalah kejam dan bengisnya seperti kakaknya.sebagai kesibukan sehari-harinya Dayang Turik ini selalu bekerja Memintal Kapas untuk bahan tenunan di tepi sungai musi sambil bersenandung dan bernyanyi.

Adalah suatu tabu atau pantangan pada masa itu,bagi orang-orang pedagang-pedagang yang hilir mudik sungai musi melewati daerah kinyau itu.karena akan mengalami hal yang serba salah,yaitu bila mendengar Dayang Turik bernyanyi ,bila di sambut nyanyiannya akan mengalami muntah darah dan sebaliknya bila tidak di sambut atau di balas nyanyiannya akan menderita sakit keras,mati dan akan mendapatkan hukuman yang berat dari Dipati Syamsuddin.

Adegan 1

( tampak Limparan yang sedang bertapa di atas sebuah batu karang,pada malam pertama ia di goda oleh para syetan/Penunggu tempat tersebut,pada malam kedua ia di goda dengan datangnya perampok kaya yang membawa harta berlimpah menggodanya untuk bangun dari pertapaannya tapi limparan tak tergoda,pada hari ketiga ia di goda oleh siluman yang berparas cantik rupawan tapi limparan tak jua tergoda )

kakek tua=
:limparan,...anakku,sangkan bomi banyak nia godaanye,oleh kitek manusio mudah tegiur nafsu bomi,sangkan nga kusuruh semedi ai betape,oleh aku takut nga di budak nafsu bomi.....cegaklah,ikak la waktunye nga merantau ngamalke ilmu yang aku enjuk,...carila di situ kedamaian,..pegi la Limparan!!!!!!
(kakek tua itu memberikan Seruling sakti, Limparan pamit dan pergi meninggalkan dusun pasemah tersebut )

Adegan 2

( dengan para pengawalnya Dayang Turik ketepi sungai musi untuk Memintal Kapas dan bersenandung )
Dayang turik bertembang

Panjang la panjang ,sungai la musi
Air mengalir sampai ke sungsang
Nasibku malang belum berkanti
Rusak la pikir, serta melayang


Adegan 3

( kemudian sebuah rakit bambu betung menghanyut ke hilir sungai musi ,penumpangnya hanya seorang bernama limparan berasal dari daerah pasemah membawa seekor ayam Beruge,sebilah parang bergagang kayu manau serta sebuah serunai ( Suling ) yang sakti,lewatlah rakit tersebut melalui dusun rengas gemuruh ( Kinyau )justru pada saat itu dayang turik sedang sibuk melakukan perkerjaan rutinya sehari-hari memintal kapas untuk bahan tenun sambil bernyanyi dan bersenandung dengan asyik. Dan berbarangan pula limparan di atas rakitnya sambil berhanyut asyik pula meniupi serunai saktinya dengan membawakan lagu yang merdu dan mempesonakan sehingga membuat Dayang Turik terlena mendegarkanya, rakit limparan lewat dusun rengas gemuruh dengan tenang tanpa halangan ).

Dayang Turik =

Yung,....kuyung udin !!!! ( memanggil kakaknya)

Syamsuddin =

Ade ape oi adekku
Rengke nia nyeragi bulan purnama
Kalu tesenyum nyejukke atiku
Ape kendak manggil kuyung nga?

Dayang Turik =

Aku dak senang,..aku dak agam
Ughang itu la lancang nia
melewati tempat aku besenandung!!!!

Syamsuddin =

( dengan nada marah ) kuremuk tulangnye,.ku isap darahnye kalu die mengganggu kesenangan adekku nan cantik jelita….pengawalku,tangkap ughang tu?????( terjadilah perkelahian,dan akhirnya pengawal tersebut kalah)

Limparan =

( dengan kesaktiannya iapun meniup suling saktinya sehingga Dipati Syamsuddin terpesona dan lunak hatinya,maka di angkatlah ia menjadi penasehat Dipati Syamsuddin )

Limparan :
‘Aku ikak Limparan dai dusun Pasemah
Ai dai jauh Nuntut ketenangan ati
Kalu tuan teasek teganggu
Maafke ku gek lancing mengusik ketenangan tuanku”

Dipati syamsuddin :
“Begitu kagum aku nelek nga hai Limparan
Kesaktianmu tiada tanding
Bolehkah aku Dipati udin mengangkatmu
Kau begitu layak jadi penasehatku”

Limparan :
“dai juah rakitku beranyot
Singgah di dusun rengas gemuruh
Dak sanggup aku menentang nasib
Seandainya aku layak ,ku abdike untuk tuanku”


Adegan 4

( ternyata diam-diam di hati Dayang Turik tumbuh cinta untuk Limparan,ketika ia duduk sendirian di pinggiran sungai musi betapa terkejutnya,datang sosok manusia jadi-jadian” Anjing Hutan” mencoba untuk membunuh dayang Turik,tapi sebelum Anjing hutan tersebut menggigit Tubuh dayang turik,..Muncullah limparan dan terjadilah perkelahian yang di menangkan oleh limparan,.betapa senang hati dayang turik karena ia telah terlepas dari bahaya,..dengan rasa cintanya dayang turikpun menyatakan perasaannya kepada Limparan)

Dayang Turik :
“Rakit bambu dai la hulu
Singgah berhenti di tepian
Alangke ribang di dalam atiku
Ge’ nolongku rupe’nye kuyung Limparan”

Limparan :
“Sengaja berdagang membawa rakit
Berisi sayur dan tembakau
sungguh tak baek jika Putri dayang Turik sendirian
banyak binatang buas yang merusak kecantikan tuanku”

Dayang Turik :
“seandainye kitek besatu ati
Ku harap ikak bukannye mimpi
Kalu la Bulan pasti bekanti malam
Kalu sejudu ai jadi harapan”


Adegan 5

( terkumpullah seluruh pemuka adat ,..limparan memberitahukan dan mengajak para orang-orang terkemuka untuk setuju :
1. Mendirikan dusun yang lebih mantap
2. Mengajak kelompok-kelompok kecil di pedalaman untuk membentuk jadi satu dusun
3. Mempersatukan dusun-dusun tersebut menjadi 1 marga
4. Sepakat menjadikan Dipati syamsuddin menjadi Pasirah
5. Membebaskan lalu lintas sungai musi untuk melancarkan arus perdagangan dan keperluan hidup penduduk
Merekapun setuju )

Limparan :


Adegan 6

( Datanglah sorang pemuda yang bernama Bujang Piamang,berniat untuk Menjadi pengawal dari Dipati Syamsuddin,tapi sebelum niat itu tercapai ia harus berhadapan dulu dengan Limparan,untuk mengetahui sebatas mana kekuatan Bujang piamang,...Setelah terjadi perkelahian ternyata keduanya sama-sama tak terkalahkan,akhirnya Dipati Syamsuddin Mengangkat Bujang Piamang untuk menjadi panglima Perang )

Bujang Piamang :

”Niat ati naik perahu
Menganyau dusun sampek ke menanjung
Niat ati besaje nak jadi pengawal tuanku
Kiranya dapat di terima niat baek hamba”

Adegan 7

( di undanglah Kepala-Kepala kelompok di pedalaman yaitu:
1. Dipati Kuto Pelangas
2. Dipati Manting
3. Dipati Ajan
4. Dipati Pagar Bunga
Mengajak mereka secara damai untuk pindah dan bertempat tinggal di tepian sungai musi,namun Dipati Pagar Bunga tidak mau bergabung,maka terjadilah perkelahian antara Bujang piamang dengan Dipati Tersebut,bujang Piamang pun belum bisa menandingi Dipati itu maka Limparan pun meniup serulingnya hingga Dipati tersebut menyerah dan mau untuk bergabung dalam dusun itu yakni dusun Ngulak)

Dipati Pagar Bunga :
”tiada senang kami bersatu
Lebih baek dusun jauh dai ughang”

Limparan :
”Tiada maksud memaksa
Kami mengajak membangun dusun
Biar beshak serte rame
Bekumpul besame di dusun Ngulak”

Dipati Pagar Bunga :
”niat baik tuanku kami tiada setuju
Lebih baek mengasingkan diri
Idak bekumpul dak ape-ape
Cak ikaklah kami


Adegan 8

( setelah melewati masa perjuangan yang cukup panjang ,dengan banyak memakan korban yang berguguran ,akhirnya berdirilah dengan mantap sejumlah dudun-dusun di sepanjang sungai musi yaitu : Dusun Ngulak

Sebelah Hulu terdiri dari :
1. Dusun prabumulih
2. Dusun air balui
3. Dusun nganti
4. Dusun ngunang
Sebelah Hilir terdiri dari :
5. Dusun kemang
6. Dusun Keban
7. Dusun Sereka
Di kenal dengan nama MARGA SINGA DESA)

Adegan 9

( Dayang Turik Meminta Kakaknya Dipati Syamsuddin Untuk merestui hubungannya dengan Limparan,Dipatipun menyetujuinya,mereka pun hidup damai )


( marga Sanga Desa pun terbentuk setelah Kejadian tersebut yakni kira-kira tahun 1750 dan berakhir secara resmi pada tahun 1984,yang berarti telah berumur kurang lebih 234 tahun,Sanga Desa ( Berarti 9 Desa) yang meliputi dusun-dusun :
1) Dusun Ngulak ‘sebagai Ibu Kota”
2) Dusun Ngunang
3) Dusun Penggage
4) Dusun Jud
5) Dusun Nganti
6) Dusun Air Balui
7) Dusun Terusan
8) Dusun Kemang
9) Dusun Keban )

“Cintaku tanpa Skenario”



Penulis naskah:Wandi Jeger
( suasana hening di ruangan itu hanya ada dua wanita yang sedang duduk dan di depannya ada meja )
Indah :apa yang kau lihat dari lelaki bajingan itu,hingga kau jatuh cinta?
Senja :aku tidak jatuh cinta tapi aku lagi berusaha untuk jatuh cinta.
Indah :baguslah…setidaknya aku bisa mencegah cerita cinta kalian
Senja :apa pedulimu dengan cinta kami,ini cintaku bukan cintamu!!
Indah :senja…coba kau berpikir sejenak ,akankah kau hentikan cita-citamu,hanya karena lelaki bajingan itu?
Senja :sudah dua kali aku mendengar kata bajingan…seberapa dalam bencimu hingga kata-kata itu,begitu senang engkau ucapkan
Indah :dalam ,bahkan teramat dalam ,lelaki itu-
Senja :Jangan kau sambung perkataanmu itu ,segala hal yang jelek tentang lelaki itu,pasti itu yang akan kau ucapkan
Indah :cinta itu pilihan ,senja!..kita berhak memilih dan juga berhak untuk di pilih
Senja :sekarang aku tau,kenapa sampai saat ini kau tak pernah jatuh cinta,.kau egois,kau munafik,kau tak pernah memandang lelaki dari sudut positif
Indah :aku tidak egois juga tidak munafik,…hanya saja-
Senja :hanya saja kau terlalu membenci sosok lelaki,benarkan?
Indah :liat di televisi;kasus perceraian,kekerasan dalam rumah tangga,ayahku yang telah menelantarkan kami.semua itu terjadi berawal dari seorang lelaki!
Senja :sudah ,aku muak dengan perbincangan kosong ini…(berdiri dari bangku)
Indah :duduk!(dengan paksaan akhirnya senjapun duduk)masa depanmu bergantung dengan perbincangan ini!
Senja :omong kosong aku tidak peduli,apakah masa depanku suram ataukah masa depanku bergemilang kesuksesan.
Indah :coba kau katakan”Aku benci lelaki”
Senja :aku tidak bisa mengatakan “aku benci lelaki”
Indah :nah itu bisa,coba lakukan lagi(bersama)”aku benci lelaki”
(kemudian datanglah mentari)
Mentari:ini seluruh foto-foto mesra yang telah di lakukan oleh lelaki bajingan itu
Senja :(memperhatikan foto tersebut satu persatu,dan kemudian terkulai lemah)
Indah :itu baru sebagian kejahatan-kejahatan yang telah ia buat dan kejahatan yang paling besar adalah ia telah membuatmu jatuh cinta
Senja :tapi…aku memang cinta ,aku tak peduli dengan foto-foto itu!
Senja :munafik…wanita mana di bumi ini yang masih cinta ketika telah di khianati
Senja :aku wanita itu,aku masih cinta dan akan tetap cinta
Mentari:ku harap perkataanmu tadi ,bukan akhir dari seluruh pikiran mu untuk seorang lelaki seperti dia,kau wanita baik-baik dan berhak mendapatkan laki-laki yang baik-baik juga
Indah :(bertepuk tangan;masuklah Andi)inikah lelaki bajingan yang engkau cinta itu?
Senja :benar!
Indah :ada satu hal yang belum kau tahu,dia adalah kakak kandungku,lelaki baik-baik dan berhak mendapatkan wanita yang baik-baik juga yakni dirimu
Mentari:maaf,kalau perbincangan dan foto-foto tadi adalah skenario jadul kami,yang nantinya kan berjudul “cintaku tanpa skenario”.

Istilah Dalam Seni Peran/Teater


Istilah2 dalam seni peran

Adegan : Bagian dari babak yang menggambarkan satu suasana dari beberapa suasana dalam babak
Additive Mixing : Pencampuran warna pada objek yang disinari dari dua atau lebih lampu yang berbeda
Akting : Tingkah laku yang dilakukan pemain sebagai wujud penghayatan peran yang dimainkan
Aktor : orang yang melakukan akting
Amphiteater : Panggung pertunjukan jaman Yunani Kuno
Amplifikasi : Penguatan energi listrik setelah melalui rangkaian elektronik
Apron : Daerah yang terletak di depan layar atau persis di depan bingkai proscenium
Arena : Salah satu bentuk panggung yang tidak dibatasi oleh konvensi empat dinding imajiner
Artikulasi : Hubungan antara apa yang dikatakan dan bagaimana mengatakanya, dan dipengaruhi oleh penguasaan organ produksi suara
Aside : Dialog menyamping, atau suara hati dan pikiran tokoh
Atmosfir : Isitlah teater untuk menyebutkan suasana atau kondisi lingkungan
Audibility : Segala sesuatu yang berkaitan dengan pendengaran
Auditorium : Ruang tempat duduk penonton dalam panggung proscenium
Backdrop : Layar paling belakang. Kain yang dapat digulung atau diturun-naikkan dan membentuk latar belakang panggung
Bahasa tubuh : Bahasa yang ditimbulkan oleh isyarat-isyarat dan ekspresi tubuh
Bar : Pipa bisa yang digunakan sebagai baris untuk pemasangan lampu
Barndoor : Sirip empat sisi yang diletakkan pada lampu dan digunakan untuk mebatasi lebar sinar cahaya
Batten : (1) Lampu flood yang dirangkai dalam satu kompartemen (wadah). (2) Perlengkapan panggung yang dapat digunakan untuk mengaitkan sesuatu dan dapat dipindahpindahkan
Beats : Satu kesatuan arti terkecil dari dialog
Belly to Belly : Dua lensa yang dipasang berhadapan dalam sebuah lampu dan jaraknya bisa diatur
Bifocal : Lampu Bifocal adalah lampu profile standar yang ditambahi dengan shutter tambahan
Blocking : Gerak dan perpindahan pemain dari satu area ke area lain di panggung
Boom : Baris lampu yang dipasang secara vertikal
Border : Pembatas yang terbuat dari kain. Dapat dinaikkan dan diturunkan. Fungsinya untuk memberikan batasan area permainan yang digunakan
Bracket : Pengait untuk memasang lampu pada boom. Disebut pula sebagai boom arm
Catwalk : Permukaan, papan atau jembatan yang dibuat di atas panggung yang dapat menghubungkan sisi satu ke sisi lain
Clamp : Klem atau pengait untuk memasang lampu pada bar, disebut juga sebagai C-clamp atau Hook Clamp
Control Balance : Pengaturan tingkat kekerasan suatu sumber suara terhadap sumber suara yang lain
Control Desk : Disebut juga Remote Control, alat untuk mengatur tinggi
rendahnya intensitas cahaya dari jarak jauh
Cyc Light : Lampu flood yang dikhususkan untuk menerangi layar belakang (siklorama)
Denotasi : Arti yang sebenarnya sesuai dengan arti yang terdapat dalam kamus
Dialog : Percakapan para pemain.
Diafragma : Sekat yang memisahkan antara rongga dada dan rongga perut
Diffuse : Jenis refleksi cahaya yang memiliki pantulan merata serta panjang sinarnya sama
Diftong : Kombinasi dua huruf vokal dan diucapkan bersamaan
Diksi : Latihan mengeja kata dengan suara keras dan jelas
Dimmer ; Alat pengatur tinggi rendahnya intensitas cahaya
Distorsi : Hasil rekaman suara melebihi standar batas maksimal yang ditentukan
Donut : Pelat metal yang digunakan untuk meningkatkan ketajaman lingkar sinar cahaya yang dihasilkan oleh lampu spot
Drama : Salah satu jenis lakon serius dan berisi kisah kehidupan manusia yang memiliki konflik yang rumit dan penuh daya emosi tetapi tidak mengagungkan sifat tragedi
Dramatic Irony : Aksi seorang tokoh yang berkata atau bertindak sesuatu, dimana tanpa disadari akan menimpa dirinya sendiri
Ekstensi : Menambah besarnya sudut antara dua bagian badan
Eksposisi : Penggambaran awal dari sebuah lakon, berisi tentang perkenalan karakter, dan masalah yang akan digulirkan
Elastisitas : Tingkat kekenyalan suatu objek sehingga dengan mudah bisa diterapkan atau digunakan
Ellipsoidal : Jenis reflektor yang memiliki bentuk elips
Emosi : Proses fisik dan psikis yang kompleks yang bisa muncul secara tiba-tiba dan spontan atau diluar kesadaran
Ephemeral : Sifat pertunjukan yang bermula pada suatu malam dan berakhir pada malam yang sama
ERS : Elliposoidal Reflector Spotlight. Lampu spot yang menggunakan reflektor berbentuk elips disebut juga lampu profile atau leko
ERS Axial : Lampu ERS yang bohlamnya dipasang secara horisontal
ERS Radial : Lampu ERS yang bohlamnya dipasang miring 45 derajat
Farce : Seni pertunjukan yang menyerupai dagelan tetapi bukan dagelan yang seperti di Indonesia
Filter : Palstik atau mika berwarna untuk mengubah warna lampu
Flashback : Kilas balik peristiwa lampau yang dikisahkan kembali pada saat ini
Flat Karakter : Karakter tokoh yang ditulis oleh penulis lakon secara datar dan biasanya bersifat hitam putih
Fleksi (flexion) : Membengkokkan suatu sendi untuk mengurangi sudut antara dua bagian badan
Fleksibelitas : Daya lentur suatu objek / tingkat kelenturan suatu objek
Flies : Disebut juga penutup. Bagian atas rumah panggung yang dapat digunakan untuk menggantung set dekor serta menangani peralatan tata cahaya
Floodligth : Jenis lampu yang sinar cahayanya menyebar serta tidak bisa diatur fokusnya
Focal Point : Titik temu (pusat) pendar cahaya
FOH : Front Of House. Bagian depan baris kursi penonton dimana di atasnya terdapat pipa baris lampu
Fokus : (1) Istilah dalam penyutradaraan untuk menonjolkan adegan atau permainan aktor. (2) Istilah tata cahaya untuk area yang disinari cahaya dengan tepat dan jelas Follow Spot ; Jenis lampu spot yang dapat dikendalikan secara manual untuk mengikuti arah gerak pemain
Fore Shadowing : Bayang-bayang yang mendahului sebuah peristiwa yang sesungguhnya itu terjadi
Foyer : Ruang tunggu penonton sebelum pertunjukan dimulai atau saat istirahat Frequency
Respon : Kemampuan dalam menangkap frekuensi pada batas maksimum dan minimum
Fresnel : (1) Lensa yang mukanya bergerigi. (2) Jenis lampu yang menggunakan lensa bergerigi
Gesture : sikap tubuh yang memiliki makna, bisa juga diartikan dengan gerak tubuh sebagai isyarat
Gestus : Aksi atau ucapan tokoh utama yang beritikad tentang sesuatu persoalan yang menimbulkan pertentangan atau konflik antar tokoh
Gimmick : Adegan awal dari sebuah lakon yang berfungsi sebagai pemikat minat penonton untuk menyaksikan kelanjutan dari lakon tersebut
Globe : Panggung yang tempat duduk penontonnya berkeliling, digunakan dalam pementasan teater jaman Elizabeth di Inggris
Gobo : Pelat metal yang dicetak membentuk pola atau motif tertentu dan digunakan untuk membuat lukisan sinar cahaya
Groundrow : Lampu flood yang diletakkan di bawah untuk menerangi aktor atau siklorama dari bawah
Imajinasi : Proses pembentukan gambaran-gambaran baru dalam pikiran, dimana gambaran tersebut tidak pernah dialami sebelumnya atau mungkin hanya sedikit yang dialaminya
Improvisasi : Gerakkan dan ucapan yang tidak terencana untuk menghidupkan permainan.
Intonasi : Nada suara (dalam bahasa jawa disebut langgam), irama bicara, atau alunan nada dalam melafalkan kata-kata, sehingga tidak datar atau tidak monoton.
Insersio : Kearah mana otot itu berjalan atau arah jalannya otot yang bergerak.
Irama : Gelombang naik turun, longgar kencangnya gerakkan atau suara yang berjalan dengan teratur
Iris : Piranti untuk memperbesar atau memperkecil diameter lingkaran sinar cahaya yang dihasilkan oleh lampu
Jeda : Pemenggalan kalimat dengan maksud untuk memberi tekanan pada kata.
Karakter : Gambaran tokoh peran yang diciptakan oleh penulis lakon melalui keseluruhan ciri-ciri jiwa dan raga seorang peran
Karakter Teatrikal: Karakter tokoh yang tidak wajar, unik, dan lebih bersifat simbolis.
Kolokasi : Asosiasi kata dengan bahasa yang tidak formal, bahasa percakapan sehari-hari pada suatu tempat dan masa tertentu.
Komedi : salah satu jenis lakon yang mengungkapkan cacat dan kelemahan sifat manusia dengan cara yang lucu, sehingga para penonton bisa lebih menghayati kenyataan hidupnya
Komedi Stamboel : Pertunjukan teater yang mendapat pengaruh dari Turki dan sangat populer di Indonesia pada jaman sebelum kemerdekaan
Komunikan : Penerima komunikasi
Komunikator : Penyampai komunikasi
Konflik : Ketegangan yang muncul dalam lakon akibat adanya karakter yang bertentangan, baik dengan dirinya sendiri maupun yang ada di luar dirinya.
Konotasi : Arti kata yang bukan sebenarnya dan lebih dipengaruhi oleh konteks kata tersebut dalam kalimat.
Konsentrasi : Kesanggupan atau kemampuan yang diperlukan untuk mengerahkan pikiran dan kekuatan batin yang ditujukan ke suatu sasaran tertentu sehingga dapat menguasai diri dengan baik.
Lakon : Penuangan ide cerita penulis menjadi alur cerita yang berisi peristiwa yang saling mengait dan tokoh atau peran yang terlibat, disebut juga naskah cerita
Lakon Satir : Salah satu jenis lakon yang mengemas kebodohan, perlakuan kejam, kelemahan seseorang untuk mengecam, mengejek bahkan menertawakan suatu keadaan dengan maksud membawa sebuah perbaikan
Latar Peristiwa : Peristiwa yang melatari adegan itu terjadi dan bisa juga yang melatari lakon itu terjadi
Latar Tempat : Tempat yang menjadi latar peristiwa lakon itu terjadi.
Latar Waktu : Waktu yang menjadi latar belakang peristiwa, adegan, dan babak itu terjadi
Level : (1) Istilah pemeranan dan penyutradraan untuk mengatur tinggi rendah pemain. (2) Isitilah tata suara untuk tingkat ukuran besar kecilnya suara yang terdengar
Lever : Bilah yang dapat dinaikkan dan diturunkan yang terdapat pada control desk
Ligamen : Jaringan ikat yang menghubungkan otot dengan tulang atau pembungkus sendi.
Melodrama : Salah satu jenis lakon yang isinya mengupas suka duka kehidupan dengan cara yang menimbulkan rasa haru kepada penonton
Membran : Selaput atau lapisan tipis yang sangat peka terhadap getaran
Metacarpal : Disebut juga dengan metatarsus atau ossa metatarsalia
yaitu tulang pertama dari jari
Mime : Pertunjukan teater yang menitikberatkan pada seni ekspresi wajah pemain
Mimetic/mimesis : Peniruan atau meniru sesuatu yang ada
Mimik : Ekspresi gerak wajah untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain
Mixed : Jenis refleksi cahaya yang hasilnya bercampur antara relfeksi diffuse dan specular
Monolog : Cakapan panjang seorang aktor yang diucapkan di hadapan aktor lain
Noise : Gangguan suara yang tidak diinginkan dalam memproses suara atau rekaman
Observasi : Kegiatan mengamati yang bertujuan menangkap atau merekam hal apa saja yang terjadi dalam kehidupan
Orchestra Pit : Tempat para musisi orkestra bermain
Origio : Tempat otot timbul atau tempat asal otot yang terkuat
Pageant : Panggung kereta abad Pertengahan yang digunakan untuk mementaskan teater secara berkeliling
Panoramic : Kesan suara yang terdengar pada telinga kiri atau telinga kanan
Pantomimik : Ekspresi gerak tubuh untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain
PAR : Parabolic Aluminized Reflector. Lampu yang menggunkan reflektor parabola terangkai dalam satu unit dengan lensanya
Parafrase : Latihan untuk menyatakan kembali arti dialog dengan menggunakan kata-kata kita sendiri, dengan tujuan untuk membuat jelas dialog tersebut
PC : (1) Planno Convex, jenis lensa yang permukaannya halus. (2) Jenis lampu yang menggunakan lensa tunggal baik lensa Planno Convex atau Pebble Convex
Pebble Convex : Jenis lensa yang mukanya halus tapi bagian belakangnya bergerigi
Pemanasan : Serial dari latihan gerakan tubuh dimaksudkan untuk meningkatkan sirkulasi dan meregangkan otot dengan cara progresif (bertahap).
Pemeran : Seorang seniman yang menciptakan peran yang digariskan oleh penulis naskah, sutradara, dan dirinya sendiri.
Penonton : Orang yang hadir untuk menyaksikan pertunjukan teater
Pernafasan : Peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida
Pita magnetic : Pita plastic yang dilapisi oleh serbuk magnet yang digunakan untuk menyimpan getaran listrik
Planno Convex : Jenis lensa (lih. PC)
Plot : Biasa disebut dengan alur adalah kontruksi atau bagan atau skema atau pola dari peristiwa-peristiwa dalam lakon, puisi atau prosa dan selanjutnya bentuk peristiwa dan perwatakan itu menyebabkan pembaca atau penonton tegang dan ingin tahu
Polarity : Kemampuan maksimum dalam menangkap sumber suara
Practical : Lampu sehari-hari atau lampu rumahan yang digunakan di atas panggung
Preset : Pengaturan intensitas cahaya pada control desk disaat lampu dalam keadaan mati (tidak dinyalakan)
Profile : Jenis lampu spot yang dapat ukuran dan bentuk sinarnya dapat disesuaikan
Properti : Benda atau pakaian yang digunakan untuk mendukung dan menguatkan akting pemeran.
Protagonis : Peran utama yang merupakan pusat atau sentral dari cerita
Proscenium : Bentuk panggung berbingkai
Proscenium Arc : Lengkung atau bingkai proscenium
Resonansi : Bergema atau bergaung
Rias Fantasi : Tata rias yang diterapkan untuk menggambarkan sifat atau karakter yang imajinatif
Rias Karakter : Tata rias yang diterapkan untuk menegaskan gambaran karakter tokoh peran
Rias Korektif : Tata rias yang diterapkan untuk memperbaiki kekurangan sehingga pemain nampak cantik
Ritme : Tempo atau cepat lambatnya dialog akibat variasi penekanan kata-kata yang penting.
Round Karakter : Karakter tokoh dalam lakon yang mengalami perubahan dan perkembangan baik secara kepribadian maupun status sosialnya
Scoop ; Jenis lampu flood yang menggunakan reflektor ellipsoidal
Sendi : Hubugan yang terbentuk antara dua tulang.
Sendratari : Pertunjukan drama yang di tarikan atau gabungan seni drama dan seni tari
Side Wing : Bagian kanan dan kiri panggung yang tersem bunyi dari penonton, biasanya digunakan para aktor menunggu giliran sesaat sebelum tampil
Skeneri : Dekorasi yang mendukung dan menguatkan suasana permainan
Skenario : Susunan lakon yang diperagakan oleh pemeran
Soliloki : Cakapan panjang aktor yang diucapkan seorang diri dan kepada diri sendiri
Specular ; Jenis refleksi yang memantulkan cahaya seperti aslinya (efek cermin)
Snoot : Disebut juga Top Hat, piranti yang digunakan untuk mengurangi tumpahan cahaya
Spherical : Jenis reflektor yang memiliki bentuk setengah lingkaran
Spread : Jensi refleksi cahaya yang mengenai objek dengan intensitas lebih tinggi garis cahayanya akan memendar dan direfleksikan lebih panjang dari yang lain
Stand : Pipa untuk memasang lampu yang dapat berdiri sendiri
Struktur Dramatik : Rangkaian alur cerita yang saling bersinambung dari awal cerita sampai akhir.
Suara Nasal : Suara yang dihasilkan oleh rongga hidung karena udara beresonansi.
Suara Oral : Suara yang dihasilkan oleh mulut Subtractive Mixing: Pencampuran warna cahaya yang dihasilkan dari dua filter berbeda
Surprise : Peristiwa yang terjadi diluar dugaan penonton sebelumnya dan memancing perasaan dan pikiran penonton agar menimbulkan dugaan-dugaan yang tidak pasti.
Sutradara : Orang yang mengatur dan memimpin dalam sebuah permainan.
Teknik Muncul : Suatu teknik seorang pemeran dalam memainkan peran untuk pertama kali memasuki sebuah pentas lakon.
Teknik Timing : Teknik ketepatan waktu antara aksi tubuh dan aksi ucapan atau ketepatan antara gerak tubuh dengan dialog yang diucapkan.
Tema : Ide dasar, gagasan atau pesan yang ada dalam naskah lakon dan ini menentukan arah jalannya cerita.
Tempo : Cepat lambatnya suatu ucapan yang kita lakukan
Thrust : Bentuk panggung yang sepertiga bagiannya menjorok ke depan
Timbre : Warna suara yang memberi kesan pada kata-kata yang kita ucapkan
Tirai Besi : Satu tirai khsusus yang dibuat dari logam untuk memisahkan bagian panggung dan kursi penonton. Digunakan bila terjadi kebakaran di atas panggung, tirai ini diturunkan sehingga api tidak menjalar keluar dan penonton bisa segera dievakuasi.
Tragedi : Salah satu jenis lakon yang meniru sebuah aksi yang sempurna dari seorang tokoh besar dengan menggunakan bahasa yang menyenangkan supaya para penonton merasa belas kasihan dan ngeri sehingga penonton mengalami pencucian jiwa atau mencapai katarsis
Trapezium : Tulang yang ada pada antara pergelangan tangan dan ibu jari tangan
Trap Jungkit : Area permainan atau panggung yang biasanya bisa dibuka dan ditutup untuk keluar-masuk pemain dari bawah panggung.
Wicara : Cara kita berbicara dan cara mengucapkan sebuah dialog dalam naskah lakon
Under : (tata suara) Hasil rekaman suara yang sangat lemah

Naskah Drama Maling Dian

MALING DIAN
Sutradara:Udit ariyadi
Penulis naskah: Wandi jeger

Para pemain :
Sadam
Soip
Umak
Dul selamat
Lena
Maya
Siti
Ani
Susi
Pak husin

ADEGAN 1

Soip : lah yung ngape ragha mutung pundang ikak
Sadam : a idem makan-makan bae
Soip : ai yung sekali-kali lauk ayam, dak betemu ayam kaki nye bae jadi lah, ngobat asek kepengen, asek nak pindang, nak kebrengkes, oi pokoknye sedap nia yung
Sadam : agek ku nuntut kedepan telapak kaki ayam, jangan nga dak gorengnye
Soip : beno-beno yung, tobat aku masak telapak kaki ayam
Sadam : makenye dai itu dak usah beangan-angan, makan tinggal makan bae, habiske lah dem tuh kitek tido, gisuk banyak gawe. Nak nanam cung kediro,nak nanam pulek cabe keriting. (setelah mereka makan akhirnya tertidur)

ADEGAN 2

(dalam tidurnya mereka berdua bertemu dengan ibunya)
Umak : oi anakku bangun lah kamu berdue, berhenti tido bae ka’, umak ade pintean ngen kamu bedue ka’
Sadam : ade pintean ape mak?
Soip : galek pintean umak tenang bae, kami pasti ngelakukenye
Umak : umak pintek maling dian
Sadam dan soip : ape mak????( kedua pun terbangun)





ADEGAN 3

Soib : yung panamek lah kendak umak tuh, nyuruh kitek maling dian?
Sadam : dak tau dek, …… dian baru ikak aku dEngo dian itu.
Soib : kitek dak usah igek nurutke kendak umak itu sek cumin mimpi entah beno entah dak
Sadam : ai nga mereko dek, agek sumpah umak jadi batu pancing
Soib : masih mending batu pancing dari pada nga batu pengasa, itam, jat, umban dayo dak nimbul
Sadam : dem mun mitu, …… mikak bae, dem mikak mitu bae,……
Soib : namek kendak kuyung
Sadam : mikak nah kendak kuyung tuh, aku nak nuntut sughang
Soib : jadi tapi aku nak kulu
Sadam : ngape nga nak kulu nian, nak kemane ku ???
Soib : kilo yung, alangke buyan pule
Sadam : dem mare????
(mereka bergegas pergi )

ADEGAN 4

(lena, maya, siti, mereka sedang ngobrol)

Lena : wan, leman nian dian kebon wak abu tuh, getang kak aku boleh sijat
Maya : ngape nga dak ngenjuk ku?
lEna : lah sek umah nga jauh
siti : lah amun unghang bekanti tuh antat kia, ijat be jadilah tapi debus…….
Maya : ao ai?!!
Soib : lah, amun mitu retinye dian tuh buah? Tapi mak mane bentuknye?
( kemudian lewat lah sipenjual dian)
Penjual : dian….dian…..dian……(pantun)
Soib : lah itu die bentuk dian tuh

ADEGAN 5
Susi dan ani sedang menyuci di pinggiran sungai
Susi : ani, aku dengo kabar dian dilamar ughang?
Ani : ao ape nga dak tahu?
Susi : dekede aku dak tahu nian oi?
Ani : besaghai tuh, dumah die ramai nian, bak nye yang lanang ngunde ayam idup, beras, dem tuh ngunde bujang sedap nian…….
(sadam, mendengarkan percakapan tersebut)

Sadam : ai..dian ikak name gadis berarti, lah….umak kak nyuruh ku kawin amon mikak ape ku lah pantas kawin ngen betine ikak (pantun)
(akhirnya mereka pulang dan di ikuti oleh sadam)

ADEGAN 6

Soip : Pantun merayu dian tumban…
Ai aku lah bepantun dak umban-umban, nak dinaik dak pacak naik, nak dijuluk dak suek penjuluk…(akhirnya dia mencoba naik, hingga kelelahan dan istirahat dibawak pohon tersebut, kemudian dian tersebut jatuh)
Ai ……its????? (sambil mengeluarkan jurus puntaw) pantun, tidak beberapa lama dul selamet dikejar para penduduk karena mencuri dian
Dul selamet : ngape nga ikak belaghai?
Soib : nilik nga belaghai aku belaghai pulek….nah nga belaghai ngape?
Dul selamet : (sambil melihat kanan kiri) nga tahu dak sangkan aku belaghai dikejar penduduk oleh aku ikak maling dian
Soib : maling dian, mane dian nye???
Dul selamet : ikak (sambil menunjukan buah dian yang kecil)
Soib : ai ya alah alangke kecik nian buah dian nga, telek dian ku besok nian
Dul selamet : (perutnya berbunyi) ai sabar, tahan dulu yek, tegal lagi kitek pesta (sambil membuka dian, kemudian memakannya)
Soib : payo oi mintek dikit bae? Cak nye tuh lemak nian
Dul selamet : hmmm….enggan punye nga beshok…..beije dewek, kubak mun nak makan
Soib : payo oi dikit bae??
Dul selamet : lah ughang ikak ujo ughang enggan-enggan masih ogol nian
Soib : dem mare oi…(membuka duren)
Dul sELamet : nah , amun nak betuko jadi, lah tebuka cak itu
Soib : nggan oi, berije pulek,(kekeyangan), nah marah umak nian ?
Dul selamet : ngape pulek nga kene marah umak nga?
Soib : aku kak suruh umak maling dian, tapi dian nye habis makan ku
Dul selamet : oi nga ikak, dak beakal, suruh umak nga maling dian ngape dian tu habis ke nga, ape umak nga ngidam?
Soib : nga ngape maling dian?
Dil selamet : aku suruh bak ku, karene bini mudenye dang ngidam
Soib : ohh…..

ADEGAN 7

(tampak lah si dian dan temannya yang lagi dirayu oleh sadam, dan mereka berbalas pantun)

ADEGAN 8

(kedua gadis pulang , terlihat nanang sedang berjalan menuju ke rumah dian)

ADEGAN 9

(tampak dian dan sadam sedang mengobrol di depan rumah, dari kejauhan tamoak nanang, merasa kesal atas keakraban mereka berdua) pantun

ADEGAN 10

( pantun perkelahian didepan rumah dian, dan akhirnya sadam kalah)

ADEGAN 11

Soib : (sedang ,memancing dan terpikir akan kakaknya)
Makmane kabar kuyung ku;dapat ape dak ngan dian’kagek die lah balek???
(akhir nya soip pun pulang)

ADEGAN 12
Sadam ; cak mane lah aku ikak,aku disuruh umak maling dian,die kak tunangan ughang,demtu die baik pulek nganku(plash back)
(akhir nya dia pulang)

ADEGAN 13 pantun

Soip ;(mencari kakak nya disekitar rumah tak lama kakak nya pun pulang)
Yung ,cakmene dapat dak dian tu?
Sadam ;dak dapat cak mane nga?
Soip ;aku lah dapat tapi lah kumakan
Sadam ; ai babeno dek’cak mane carek nga makan nye?
Soip ; wai yalah yung se’tu,kubak ku makan ku isi nye lunak nia yung
Sadam ; kubak,makan…..kubak,makan mak mane carek.(sambil terbayang-bayang wajah dian)kagek dulu cakmane dian nga tu?
Soip ; lah se’tu buntok,bedurai oleh lemak nian
Sadam ; lah ngape dian ku tuh lain,rambut nye panjang ,putih ,tinggi,rengkeh pulek.
Soip ; lah ape ade dian yang mitu, berambut, tinggi, putih, rengke pule, kagek betine yung
Sadam : lah ao
Soip : lah yang aku kak buah dian
Sadam : wajar bae nga makan dian, amon dian yang kutemu ke tu tebengkelan nga makannye
Soip : jadi kitek ka’ suek dihasil. Cak mane lah tubuk ka’ yung mreko nian ngen umak
Sadam : ao nia dek, dem jadi nia kitek ka’ batu pengasa ngen batu pancing
(tak lama kemudian datang bapak-bapak dan bertanya)
Husin : ngape kamu bedue mecak ughang ilang akal
Soip : suek wak
Husin : ngape ragha menung mecak ayam neguk karet gelang, ade ape?
Sadam : mak ikak wak, kami ka’ dapat mimpi betemu ngen umak ujonye kami ka’ disuruh maling dian, tapi adekku ka’ popok ngen buah dian, kalu ku betemu ngen gadis yang namenye dian, jadi mane yang beno wak?
Husin : ngape kamu ragha sedih ikak?
Sadam : lah kami ikak gagal buah dian adekku lah makannye, nah dian yang gadis rengke tuh la ade tunangan, jadi mak mane kami ka’, jadi beno kami ka’ batu pengasah ngen batu pancing
Husin : ngape mitu?
Soip : lah ao wak, umak kami dak olah bepesan ngen kami, baru ikak lah die ka’ bepesan ngen kami, nah kami ka’ gagal pulek.
Husin : oi nang….kate ughang mreko tuh amon melawan ughang tue, disuruh sembahyang die malah bumbung ayam, suruh ngambik ayo die undur, ughang tue nye ndang sembahyang trajangnye dari belakang, nah itu baru kateke: mreko, amun suruh maling, ngintip, bejudi lah jangan, ape lagi dalam mimpi ntah beno ntah dak mimpi tu.
Sadam : lah urung aku ka’ jadi batu pengasa, nga pulek urung dek jadi batu pancing
Husin : o idem aku nak tawe gawe nga bedue ka’ . dem aghai ka’ lah petang wak nak balek dulu yek agek kemalaman balek dusun ka’.
Sadam : ao wak hati-hati bae…a idem asek kerit nia pinggangku ka’. Dem dulu dek ku nak nguluruske pinggangku dulu
Soib : ao yung aku nak tido pulek
(akhirnya mereka pun tertidur dan bermimpi bertemu ibunya)
Ibunya : oi nak kamu ikak dai dulu sampe mak ikak dak berubah-rubah, umak ka’ belore bae nyuruh kamu maling dian
Soip : oi umak kepalak ku lah luke timpe dian, tega nia umak ka’
Umak : umak ka’ lah mati ape dak boleh lagi belore,
Sadah : boleh mak, tapi beno-beno jangan mikak ansap kami ka’..!!!!!umak,…. nga hidup lagi bae mak? Mangken kami ka’ dak masak lagi. Masakan soip dak lemak nia mak, ape lagi masaan ku dikit-dikit mutung, kalu masa'an umak tuh yakin nia aku, dem tecicip sepiring nak nambah due piring
Umak : dem..dem..ngomong ape kamu bedue ka’, umak nak undur, jago diri baik-baik , jangan tido magi, umeh tuh luruh, nah pesan umak jangan lagi sembahyang.
Sadam : ao mak,( tiba-tiba mereka berdua terbangun ) oi dek jadi umak tuh cuman belore bae nyuruh kitek maling dian)
Siop : ao yung yek, buyan nia tubuk ka’(sambil nepak keneng)

SELESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSAIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIII COYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY…..

Logo Sanggar Putri Cindai

Logo Dewan Kesenian Musi Banyuasin